Jumat, 03 September 2010

oleh karenanya kami hadir untuk anda..

Detik.com; Jumat, 03/09/2010 16:02 WIB 

Jakarta - Menjelang Lebaran, itulah saatnya ribuan pembantu rumah tangga (PRT) di Ibukota akan mudik alias pulang kampung. Rutinitas tahunan ini tentu akan membawa dampak untuk para majikan. Jika si pembantu asyik berkemas-kemas, sang majikan tengah khawatir si pembantu tak akan kembali.

Ijah (20), tengah asyik memilih-milih pakaian baru di pasar kaget di Cilangkap, Jakarta Timur, tak jauh dari pintu masuk bagian belakang Mabes TNI. Sudah beberapa hari ini, masyarakat di sekitar itu, termasuk Ijah, mendatangi pasar yang digelar sejak beberapa hari ini. Baik, makanan, sayuran, pakaian, mainan dan lainnya, dijual di lapak-lapak yang dadakan dibuat menjelang Maghrib.

Tapi, Ijah lebih memilih membeli baju, karena untuk persiapan berlebaran di kampungnya, Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Tak lama lagi, Ijah dan sejumlah rekannya seprofesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) ini akan pulang kampung, tiga hari menjelang Lebaran Idul Fitri mendatang. Selain untuk dirinya, Ijah pun membeli beberapa potong pakaian untuk orangtua dan adik-adiknya.

"Ya lumayan kan di sini barang-barangnya murah meriah, Pak. Bisa beli agak banyak. Soalnya kalau beli di mal, gaji kita sebulan nggak cukup," kata Ijah bersama tiga rekannya saat dijumpai detikcom di Jalan Hankam, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (1/9/2010) malam.

Ijah mengaku, sudah satu tahun ini bekerja di salah satu keluarga kecil di kawasan Ceger, Cipayung. Jakarta Timur. Setiap bulan, dirinya menerima gaji Rp 400.000 untuk menjaga dua anak di keluarga pasangan yang masih muda itu.

"Ini juga baru terima THR, jadi sekalian izin ke yang di rumah untuk belanja di sini," ujarnya seraya menenteng tas berisi hasil buruannya di pasar kaget itu.

Ijah mengatakan, dia tidak ingin pada saat pulang kampung nanti terlalu berat membawa barang-barang. Oleh karena itu, barang bawaan, berupa pakaian baru, sepatu baru dan kue-kue kering untuk keluarganya akan dikirim melalui jasa pengriminan paket pos atau kurir.

"Biasanya, seperti tahun lalu, Kita paketkan lewat pos saja. Mudah-mudahan sudah sampai kalau kita sudah sampai juga," jelasnya.

Terkait soal gaji, Ijah juga mengatakan, dirinya selalu menerima uang tunai dari majikannya. Hanya saja, dirinya mempercayakan kepada majikan untuk menyimpan gajinya. Awalnya, sang majikan tak mau karena alasannya tak boleh menunda-nunda apa yang menjadi hak seseorang yang bekerja pada dirinya.

"Akhirnya, ibu bikinin saya buku tabungan di BRI. Saya diajak membuatnya, buku dan ATM diminta saya yang pegang. Tapi saya kembalikan, karena takut terpakai lagi. Jadi kalau saya butuh saja, baru minta ibu," terangnya.

Namun, karena pulang mudik Lebaran nanti, majikan Ijah pun menyerahkan semua buku dan ATM itu, agar bisa dipergunakan Ijah. Lantas, apakah Ijah akan kembali pada majikannya usai Lebaran nanti?

"Ya tergantung sih, Pak. Kalau keluarga di kampung masih ijinkan saya kembali kerja sama ibu (majikannya sekarang). Tapi, kalau ada tawaran kerja menarik lainnya, saya jadi bingung. Soalnya, ibu dan keluarganya baik, nggak banyak macam-macam kalau menyuruh kerja," jawabnya.

Sementara Nia (23), PRT asal Malimping, Banten, juga mengaku pada Lebaran kali ini akan pulang kampung. Namun, dia tidak yakin akan pulang ke majikannya usai Lebaran. "Kayaknya, kalau direstui orangtua saya balik lagi. Majikan saya juga minta kembali lagi. Tapi, saya belum bisa bilang, soalnya saya berencana mau kembali masuk pesantren. Mau lanjutkan ngaji, bantu ibu di sawah terus nikah," ungkapnya sambil tersenyum.

Nia yang bekerja sebagai PRT pada sebuah keluarga di Ciledug, Tangerang, Banten ini pun mengaku mendapatkan keterampilan memasak, menjaga anak dan lainnya justru saat masih belajar di pesantren di kampungnya. "Selain sama keluarga, saya juga minta izin kerja sama Kiai saya. Tapi nggak tahu nanti masih diizinkan apa nggak?" tandasnya.

Beda dengan Ijah, Nia baru akan pulang kampung ke Banten, satu hari menjelang Lebaran. Walau dari Tangerang tidak jauh, tapi dibutuhkan waktu sekitar 6-7 jam untuk mencapai kampungnya itu. "Maklum,  rumah saya di kampung benar dan di gunung," kata gadis yang selama bekerja di Ciledug, hanya membantu menjaga balita, serta membersihkan rumah saja.

Itulah cerita persiapan pulang mudik sejumlah PRT yang ada di seputar Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok. Sudah dipastikan, selama satu hingga dua minggu, bahkan satu bulan, banyak warga di seputar Jabotabek ini yang harus bekerja membersihkan rumah sendiri, memasak, mencuci hingga menjaga anak, karena ditinggal pembantu dan babby sitter-nya. Hari-hari itu, bak neraka bagi para ibu muda dan wanita karir.

"Walau saya juga sering kerja sendiri, tapi kalau sampai satu bulan jadi runyam juga urusannya. Capek dan lelah, apalagi saya harus mulai kerja setelah seminggu berlebaran. Pembantu saya sekarang juga belum tentu balik lagi. Kalau balik lagi, ya Alhamdulillah. Tapi, kalau nggak? Kan pusing dan capek juga cari pembantu yang baik dan terampil. Bisa gonta-ganti pembantu cuma satu dua hari atau satu bulan," ucap Evi, seorang warga Japos Village, Ciledug, Tangerang itu.

Evi mengatakan, kalau sudah begitu ia biasanya suka minta tolong tetangga membantu di rumah. "Kalau agak berat dan untuk jaga rumah, saya andalkan warga di kampung di deket rumah aja. Itu kan udah kenal," ujarnya lagi, setengah berharap dua pembantunya bisa kembali kerja di rumahnya dan tak lama-lama berada di kampung.


http://www.detiknews.com/read/2010/09/03/160226/1434551/159/saat-ijah-minta-pulang-kampung?991102605

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas semua komentar/saran/pesan yang konstruktif dari para pembaca/blogger laundryland.blog

lokasi kami...


View Laundry Land in a larger map